Fakta Tewasnya Santri di Ponpes Al Hanifiyah Kediri, 4 Santri Senior Jadi Tersangka

Redaksi Netz

Fakta Tewasnya Santri di Ponpes Al Hanifiyah Kediri, 4 Santri Senior Jadi Tersangka

Netz.id – Tewasnya santri di Ponpes PPTQ Al Hanifiyah Kediri menjadi perbincangan hangat publik warganet.

Korban yang bernama Bintang Balqis Maulana atau berinisial BBM (14 tahun) asal Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi disinyalir merupakan korban penganiayaan 4 seniornya yang sekaligus rekan-rekan sesama santri di Ponpes Al Hanifiyah.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh AKBP Bramastyo Priaji selakui Kapolres Kediri Kota. Beliau mengungkapkan bahwa peristiwa penganiayaan yang dialami oleh BB itu dilakukan oleh empat orang santri.

Keempat santri tersebut ditetapkan sebagai tersangka dan diantaranya MN (18 tahun) pelajar kelas 11 asal Sidoarjo, MA (18 tahun) pelajar kelas 12 asal Nganjuk, AF (16 tahun) asal Denpasar, dan AK (17 tahun) asal Kota Surabaya.

Fakta Tewasnya Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri

AKBP Bramastyo Priaji mengatakan bahwa motif keempat tersangka itu adalah karena adanya kesalahpahaman. Akan tetapi, sampai sekarang ini pihak berwajib masih mendalami penyeledikan kasus tewasnya salah satu santri tersebut.

Disamping itu, dari pihak Ponpes Al Hanifiyah mengaku tidak tahu menahu terkait peristiwa penganiayaan yang dilakukan di lingkungan ponpes yang menyebabkan salah satu santrinya tewas.

Gus Fatih atau Fatihunnada selaku pengasuh Ponpes Al Hanifiyah mengaku bahwa ia pertama kali (23/2) pagi mendapat kabar salah satu santrinya tewas itu dari pihak rumah sakit di Kecamatan Ngadiluwih.

Ia juga mendapatkan informasi jika korban meninggal dunia dikarenakan terpeleset dari kamar mandi, bukan karena dianiaya.

Kemudian setelah mendengar kabar bawah ada salah satu santrinya meregang nyama, Gus Fatih langsung memanggil FT selaku saudara BB yang juga mondok di Ponpes Al Hanifiyah Kediri.

“Saya dikabari saat bangun tidur, bahwa BBM meninggal dunia. Kemudian saya tanya saudaranya, FT, bawha korban tepeleset dikamar mandi” ungkap Gus Fatih ke awak media, pada Senin 26 Februari 2024.

“Tidak tahu sama sekali (kasus penganiayaan yang dialami oleh salah satu santinya). Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Karena dari awal bilangnya terpeleset” tambahnya.

Begitu mendengar kabar, Gus Fatih lanjut menghubungi paman korban, Suryanto. Seperti yang dikatakan Gus Fatih, bahwa ia tak punya kontak orang tua korban dan Suryanto pun merupakan orang yang dulu membawa korban (BBM) mondok ke sini.

“Saya menghubungi paman korban karena ayah dari FT ini lah yang dulu membawa Bintang Balqis Maulana (BBM) mondok disini. Saya juga tidak tahu orang tua dari korban,” ucapnya Gus Fatih.

Pihak kepolisian pun melakukan visum terhadap jenazah santri BBM yang diduga dianiaya seniornya. Visum dilakukan di RSUD Banyuwangi didampingi pihak kepolisian dan pasalnya korban hanya dilakukan visum sebab pihak keluarga menolak autopsi.

Kasatreskirm Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega mengatakan hasilnya ditemukan sejumlah luka pada tubuh jenazah.

“Benar ada luka,” ungkap Andrew pada Senin 26 Februaru 2024.

Setelah melalui proses persiapan, jenazah korban langsung diantar pulang kehalaman tempat tinggalnya di Banyuwangi. Rombongan Ponpes dan Gus Fatih juga ikut mengantar jenazah.

Diterangkan bahwa korban BB sudah mondok di Ponpes Al Hanifiyah Kediri sejak 2 tahun lalu. Selain mondoh, korban juga melanjutkan pendidikannya di MTS Sunan Kalijogo Kediri dan korban pasalnya masih duduk dikelas 8.

Kasus penganiayaan ini terungkap setelah video viral kemarahan keluarga korban kepada rombongan pengantar jenazah yang ikut ke Banyuwangi. Viralnya video tersebut sangat pesat diberbagai media sosial hingga grup-grup WhatsApp.

Perlu kalian ketahui, satu minggu sebelum korban merenggut nyawa, BB sempat meminta dijemput oleh orang tuanya. Permintaan itu disampaikannya melalui pesan singkat WhatsApp kepada ibunya, Suyanti (38 tahun).

“Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput,” tulisnya melalui WA kepada sang ibu.

Meskipun demikian, korban BB tidak menjeleskan lebih detail alasannya untuk dijemput pulang orang tuanya. Akan tetapi korban sempat mengeluh kesakitan.

Suyanti hanya memintanya untuk sedikit bersabar agar bertahan hingga bulan Ramadan. Mengingat, posisinya saat itu ia sang ibu sedang berada di Bali untuk bekerja.

“Terus ketika mau saya jemput sehari setelahnya, katanya tidak usah. Sudah enak dan nyaman begitu katanya,” jelasnya Suyanti ke awak media.

Dan ia pun mengaku tidak menyangka bahwa anak bungsunya itu meninggal dunia di ponpes tempat mondoknya.

Profil Ponpes Al Hanifiyah Kediri

Pondok Pesantren Al Ahnifiyah adalah salah satu ponpes yang berada di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.

Al Hanifiyah sudah berdiri sejak 2014 silam dan hingga sampai saat ini ponpes tersebut sudah memiliki 93 santri yang terdiri dari 74 santriwati dan 19 santriwan.

Didalam bangunan ponpes, ada juga MTQ Al Hanifiyyah dan TPQ Al Hanifiyyah. Diketahui informasinya dari bio akun resmi ponpes Al Hanifiyyah, @/pptqalhanifiyyah.

Dilansir dari beberapa unggahan medsosnya, ponpes ini sering melakukan berbagai kegiatan seperti pengajian, haul, agenda Ahad Legi, pembangunan pesantren dan lain-lainnya.

Disamping itu, ternyata ponpes Al Hanifiyyah ini diketahui belum mendapatkan izin operasional dan hal inii diungkapkan oleh Kabid Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kanwil Kemenag Jatim, Mohammad As’adul Anam.

“Keberadaan ponpes tersebut belum memiliki izin operasional pesantren,” ungkap Mohammad dikutip dari salah satu kanal YouTube.

Tags

Bagikan

Also Read

Leave a Comment